Hi readers! Sebelumnya kita telah membahas permainan tradisional   Benthik dari D.I. Yogyakarta dan Balogo dari Kalimantan Selatan. Pada postingan sebelumnya kita juga mengenal Inkaropianik, permainan tradisional Papua Barat dan belajar membidik sasaran melalui permainan Manyipet khas Kalimantan Tengah.

 

Kali ini sepesial untuk readers, kita akan ulas dua permainan nusantara berikutnya yaitu: Cenge-cenge dari Maluku Utar dan Patah Kaleng dari Papua.


 Cenge-Cenge: Permainan tradisional Maluku Utara
 

Di daerah lain, permainan ini dikenal dengan nama Engklek. Namun, di Maluku Utara, lebih dikenal dengan sebutan cenge-cenge. Permainan ini kebanyakan dimainkan anak-anak perempuan namun ada juga anak laki-laki yang ikut bermain. Jenis permainan cenge-cenge ini sebenarnya sangat banyak, yakni tergantung gambar dan tingkat kesulitan.

Namun yang paling sering dimainkan ada dua jenis, yaitu cenge-cenge rok dan cenge-cenge disko. Cenge-cenge rok garis atau bentuk gambarnya menyerupai orang dengan menggunakan rok. Sedangkan cenge-cenge disko bentuk gambarnya berbentuk bintang namun setiap sudutnya berbentuk kotak.

Cara memainkan hampir sama, yakni melemparkan gaco (lempengan batu) pada setiap kotak. Kemudian pemain yang menang suteng (suit) akan melompati setiap garis dengan lompatan yang lincah. Jika gaco yang dilempar berada digaris maka pemain harus berganti posisi sebagai penjaga atau menunggu giliran main berikutnya.

Patah Kaleng. Permainan tradisional Papua
 

Salah satu permainan tradisional yang sangat diminati , terutama oleh anak-anak, di Papua dan masih terus dilestarikan hingga kini adalah Patah Kaleng. Patah kaleng ini sendiri menyerupai permainan sepakbola. Bedanya permainan ini tidak memiliki aturan  yang baku. Siapapun bisa memainkannya dan lapangannya pun bisa dimana saja. Jumlah pemain dalam Patah Kaleng ini bisa berjumlah 5 orang per tim atau lebih. Tidak ada kiper atau gawang dalam permainan Patah Kaleng ini. Sebagai gantinya setiap tim memiliki kaleng sebagai targetnya.

Skor akan dihitung jika salah satu tim berhasil menendang bola, ukurannya bermacam-macam, dan mengenai kaleng tim lawan. Tidak ada waktu yang pasti kapan permainan ini akan berakhir. Terkadang bisa mencapai tiga jam sampai anak-anak tersebut kelelahan. Seperti yang disebutkan sebelumnya, permainan Patah Kaleng ini menyerupai sepakbola. Tak ayal seringkali anak-anak yang memainkannya menunjukkan skillnya dalam mengolah bola kecil dan mengenai target. Meskipun seiring perkembangan zaman dan memunculkan permainan yang lebih modern seperti futsal, permainan Patah Kaleng ini tetap masih diminati dan dimainkan serta dilestarikan oleh warga Papua.

Sumber: 
https://masyarakatindonesiacipta.wordpress.com/2013/04/13/sambutan-tak-terduga-dari-sdn-inpres-leter-c-kasturian-ternate/
http://assets-a2.kompasiana.com/statics/crawl/555f21740423bdad0b8b4567.jpeg?t=o&v=760

1 komentar: